Leuit atau lumbung padi merupakan tempat
penyimpanan padi huma yang menjadi simbol ketahanan pangan Orang Baduy. Di mana Baduy
secara tradisi bercocok tanam padi atau ngehuma
(berladang) dengan sistem masa panen padi satu tahun sekali. Hasil panen padi
huma yang mereka hasilkan tidak dijual, melainkan disimpan di leuit tersebut. Leuit ini mampu menampung padi antara 4-5 ton, dengan ukuran leuit yang bervariasi, akan tetapi
secara umum bilik leuit berkuruan
panjang 1.4 meter dan lebar 1.5 meter, sedangkan tinggi 4 meter.
Leuit berbentuk panggung yang ditopang
oleh empat kayu penyangga yang tingginya satu meter dari tanah, sisi bangunan leuit ini terbuat dari anyaman bambu,
sedangkan atap terbuat dari ayaman daun sago kirai. Posisi pintu pada leuit ini berada di bagian atas dekat
dengan atap yang berukuran kurang lebih dari 40x50 cm.
Penyimpanan padi huma
dalam leuit bisa bertahan lama, hal ini
karena lumbu selalu dirawat dengan rutin khususnya atap leuit yang sering
diganti minimal dalam waktu tiga tahun
sekali. Selain perawatan secara fisik,
leuit juga mendapatkan mantra-mantra perlindungan dari puun (tetua adat). Terdapat
pula bentuk penghormatan kepada Sang Hyang Asri (Dewi Sri) berupa perupuyan; sejenis tungku terbuat dari
batok kelapa diisi abu dari tungku masak untuk membakar gaharu (cendana) yang digantungkan
dibagian bawah lantai leuit.